Semua akan menikah pada waktunya
Dan akhirnya setelah sekian lama giliran waktuku, saya menikah di bulan April tahun ini, 2017.
Mungkin beberapa orang bertanya-tanya, dengan kabar yang cukup mendadak. Bukan hanya kalian, saya pun juga cukup terkejut. Mas Pras memang selalu berhasil membuatku terkejut dengan setiap kejutannya.
Tidak banyak yang tau dengan proses kami, tulisan ini hanya sekedar sharing dan mungkin bisa menghilangkan beberapa kekeliruan.
Kejutan pertama mas Pras adalah melamar saya, kami memang terkadang berdiskusi tentang hubungan kedepannya, tapi seperti biasa mas Pras hanya mengiyakan saja. Saya tidak pernah berpikir bahwa mas Pras akan benar-benar melamar saya di akhir tahun 2016. Gelagat mas Pras mulai tercium oleh saya ketika mas Pras tiba-tiba meributkan keberangkatan saya ke Bali, menghadiri pernikahan sahabat saya, Riska. Karena ternyata tanggalnyasedikit bertepatan dengan kedatangan salah satu keluarga mas Pras, tapi karena jadwal saya lebih dulu, akhirnya lamaran dilangsungkan setelah saya pulang dari Bali.
Acara lamaran saya sederhana saja, hanya ayah, ibu, om nya mas Pras dan tentunya kami berdua.
Akhirnya saya resmi dikhitbah oleh mas Pras dan rencana menikah di tahun 2017, dan belum menentukan tanggal dan bulan nya saat itu.
Proses menentukan tanggal menikah tidak mudah ternyata, dengan karakter ayah saya yang tidak terlalu banyak sharing masalah ini. Sehingga di akhir januari tercetuslah bahwa kami akan menikah di tanggal 14 April 2017 ini.
Hanya dalam kurun waktu 3 bulan kami mempersiapkan acara ini, karena kami sepakat tidak memakai jasa wedding organizer untuk membantu kami dalam hal ini sehingga semua persiapan dilakukan sendiri, saya, mas Pras dan orangtua.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan saya dalam merancang pernikahan
1. Semua orang pasti tau bahwa biaya menikah pastilah besar, saya sudah tanya-tanya kesana kemari ternyata butuh biaya yang sangat besar untuk menyelenggarakan sebuah pernikahan. Tapi, hal ini tidak masuk dilogika saya. Bahwa prinsip menikah bagi saya adalah bagaimana proses kedepannya, menggunakan uang untuk acara yang hanya dilangsungkan sehari menjadi suatu pemborosan bagi saya, lebih baik menggunakan nya untuk kehidupan selanjutnya lebih bermanfaat haha (akhirnya kelihatan mental-metal perhitungan duit nya).
Akhirnya kami sepakat hanya mengadakan acara akad saja, tanpa pesta dengan sederhana dan khidmat.
2. Menikah dengan tabungan sendiri, siapa yang gak pingin. Saya berkeinginan seperti itu. Akhirnya kami berdua merogoh tabungan hasil kerja selama 2 tahun. Dan akhirnya merancang pernikahan kami sesuai budget yang ada. Selagi bisa dibuat sendiri ya handmade, kalau ada teman yang punya usaha ya pakai jasa teman. Beberapa biaya yang kira-kira terlalu berlebihan kami usahakan dipangkas dengan benar
3. Saya pada dasarnya tidak menyukai pesta, terlalu riuh. Setiap minggu jika mendapat undangan kadang berangkatnya ogah-ogahan, terkecuali pergi ke acara seorang teman dekat. Budaya di sekitar saya tentang pesta pernikahan itu tidak sesuai dengan selera saya, mohon maaf karena saya kurang menyukai dangdut. Apalagi biasanya di acara pernikahan itu memakai sound system yang menggelegar volume nya sehingga kurang nyaman bagi saya. Padahal bagi saya datang ke acara pernikahan bisa menjadi ajang silaturahmi yang baik, dihari bahagia sepasang pengantin kita bisa bertemu teman yang kadang jarang ketemu, bahkan mungkin jarak tidak terlalu jauh, apalagi bisa ketemu temen lama yang jaraknya sudah jauh. Tapi jika musik terlalu keras biasanya sangat mengganggu kehangatan bincang-bincang lepas kangen, hehe
Di acara pernikahan saya tidak menggunakan musik seperti organ tunggal kalau biasanya di tempat saya, atau band. Tapi menyewa jasa bapak-bapak yang suka stay di pinggir jalan memainkan musik keroncong, ini sebenarnya ide ibu yang suka banget sama keroncong, sama sekalian bisa berbagi.
4. Pernah tidak mendapat undangan yang kita tidak kenal ?, saya pernah, beberapa kali. Setelah ditelusuri ternyata dia itu keponakan teman kantor, dan teman sekantor diundang semua. Saya gak kenal sama yang nikah, orangtuanya pun juga tidak kenal, bahkan sama teman kantor yang ngundang saya jarang berbincang karena memang beda bagian dan jarang bahkan tidak pernah kerja bareng. Nah kalau saya datang dan teman kantor saya tidak ada ditempat acara saya jadi orang asing yang dateng diacara orang yang tidak dikenal. Saya sering ngedumel tentang ini, karena lagi-lagi ini tidak masuk di akal saya.
Maka dari itu, saya hanya mengundang beberapa saja. Undangan yang penting adalah keluarga, tetangga dan beberapa kolega yang dekat, yang benar-benar dekat. Acara pernikahan saya dihadiri oleh orang-orang yang mengenal kami berdua dan insya Allah turut berbahagia dan akan mendoakan untuk kami.
5. Dari dulu pingin mengadakan acara tidak digedung. Dan Alhamdulillah akhirnya saya mengadakan acara pernikahan dengan outdoor concept di sebuah restoran yang kebetulan juga dekat dengan rumah.
6. Dihari kebahagiaan kami saya juga ingin berbagi kebahagiaan dengan adek-adek yang ada di panti, sehingga saya dan mas Pras mengundang adek-adek yang biasa ditemui di yayasan yang juga kebetulan lokasi nya juga berdekatan dengan lokasi acara
Yup mungkin pemikiran saya dinilai aneh atau 'nyeleneh' bagi beberapa orang, Tapi insya Allah acara saya tidak menyalahi syarat sah sebuah pernikahan. Sejatinya saya hanya mengharapkan ridho Allah SWT dan orang tua. Dan alhamdulillah dengan beberapa pendekatan, orang tua saya meng-iyakan acara seperti ini. Karena mungkin sulit bagi orang tua untuk menikahkan anaknya tidak seperti orang kebanyakan. Menjadi omongan orang, untuk mungkin salah satunya hehe.
Alhamdulillah, saya tidak bisa berhenti berucap syukur sepanjang tanggal 14 April kemarin, semua berjalan sesuai keinginan saya, meskipun mungkin banyak 'perbincangan', setidaknya saya tidak pernah menyesal di hari yang hanya terjadi satu kali seumur hidup ini.
Alhamdulillah
selamat atas pernikahannya. Semoga mbak lian ikut baca.
BalasHapus